Minggu, 29 November 2015

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN dan ELEKTROLIT

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

    Merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
a. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel diseluruh tubuh.
b. Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok  yaitu: cairan intravaskuler(plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler.Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,cairan intraokuler,dan sekresi saluran cerna.


2. Hormon-hormon terkait dengan keseimbangan cairan dan elektrolit

a. Hormon atriopeptin
    Menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 
b. Hormon vasopresin
    Sebuah hormon peptida yang mengatur penyerapan kembali molekul yang berada pada ginjal dengan memengaruhi permeabilitas jaringan dinding tubulus ginjal, sehingga berfungsi untuk mengatur pengeluaran urin


3. Keseimbangan asam basa

Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35-7,45). Bila kurang disebut asidesis, bila lebih disebut alkalosis. Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan basa. Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
1. Sistem Buffer
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+ (atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat. 

Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
- Buffer Bikarbonat, penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat (H2CO3) dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. N : 1 – 20 ( pada pH tubuh : 7,4 )
- Buffer Protein, penyangga untuk cairan intra sellular dan paling banyak dalam tubuh. 
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+, CO2, dan HCO3- dapat bediffasi kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang efektif untuk mengikat CO2. 
Buffer Phosphat 

2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan

3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan bikarbonat  (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu           alkalis. 
Dalam keadaan normal :
                                                            pH darah : 7,35 – 7,45

                                                            p CO2        : 40 mm Hg
                                                            HCO3-       : 24 mmol/ltr 

ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan metabolisme (metabolic asidosis) :
a. Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b. Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam


ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada metabolisme (metabolic alkalosis)
a. Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b. Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi penambahan basa pada cairan tubuh. 


4. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah :
a. Volume
Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).

Ketidakseimbangan Volume
Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF) atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- Cairan Isotonik adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonik adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonik adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl 0,33%

Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

b. Osmolalitas
Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.

Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh, karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.

c. Komposisi
Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

Perubahan komposisional :
•Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.
•Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.
•Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.


5. Proses transport/pertukaran cairan dan elektrolit
a. Filtrasi
Gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah
b. Reabsorbsi/transport aktif
Difusi sederhana tidak akan terjadi jika tidak ada listrik
c. Difusi
- Suhu dan konsentrasi partikel  serta area permukaan untuk difusi (luas permukaan membran) berbanding lurus
- Ukuran dan berat molekul serta jarak lintas dimana massa partikel harus berdifusi berbanding terbalik
d. Osmosis
Gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan kosentarsi zat terlarut tinggi


6.  Sumber-sumber cairan

a. Input
1600 ml dari minuman
 700 ml dari makanan
200 ml dari metabolik



    CONTOH:

   b.  Output
       - 1500 ml oleh ginjal
       - 600 ml oleh paru-paru
       - 300 ml oleh kulit
       - 100 ml oleh GIT


7.  Ketidak seimbangan asam basa
Asidosis : depresi sistem saraf pusat ( koma, mati )
Alkalosis : eksitabilitas saraf meningkat ( spasme otot, kejang, mati )
a. Asidosis respiratorik, ketika Ph <7,35 dan pCO2>45, pH darah normal 7,35–7,45
Alkalosis respiratorik, pCO2 <35 mmHg
b. Asidosis metabolik, HCO- <22 mEq/L
Alkalosis metabolik, HCO- >26 mEq/L


8. PROSES KEPERAWATAN
   
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui
- Cairan hipertonis (cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
     
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah
•Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
•Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan elektrolit
•Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
•Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan                 cairan di ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit,safe environment.

4. Evaluasi/Kriteria hasil
Kriteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal.


9. Cara Menghitung Tetesan Infus
Dewasa:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3  
Contoh : 
Seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infus dalam waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
                                        1 x 3
Anak:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk 
Lamanya infuse (jam)
Contoh: 
Seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 250 = 125 tetes mikro/menit
                                       2 x 3


10. Menghitung Kebutuhan Cairan

1. Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area = mL/ m2/ 24 jam
Paling tepat untuk BB > 10 kg
Normal: 1500 ml/ m2/ 24 jam (kebutuhan maintenance/ kebutuhan rumatan)

2. Kebutuhan kalori
100 – 150 cc/ 100 KAL

3. Berat badan
Rumus umum:
100 ml/ kg – 10 kg pertama
  50 ml/ kg – 10 kg kedua
  20 ml/ kg – berat > 20 kg

Misalnya ó anak dengan BB 25 kg, memerlukan:
100 ml/ kg   x 10 kg = 1000 cc – 10 kg (I)
  50 ml/ kg   x 10 kg =   500 cc – 10  kg (II)
  20 ml/ kg   x   5 kg =   100 cc – 5 kg (sisa)
Total =           25 kg = 1600 cc/ 24 jam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar